Pernah gak lo ngerasa udah bantu banyak orang, ngorbanin waktu, tenaga, bahkan perasaan…
Tapi ujung-ujungnya lo ditinggalin? Dikhianatin? Dianggap biasa aja? Banyak orang di luar sana yang hidupnya stuck bukan karena kurang usaha, tapi karena terlalu sibuk nyenengin orang lain.
Bukan karena gak mampu berkembang, tapi karena energinya habis buat jadi orang baik versi semua orang.
Lo gak sendirian. Banyak yang ngalamin hal yang sama. Dan masalahnya bukan di kebaikannya… tapi di cara mereka menaruh batas.
1. Kebaikan yang Salah Sasaran
Bayangin lo punya ember berisi air, dan semua orang datang bawa gelas kosong minta diisi. Lo sibuk nyediain air buat semua orang teman, keluarga, bahkan orang yang baru lo kenal.
Sampai akhirnya ember lo kosong. Gak ada yang bantu isi lagi. Gak ada yang nanya lo haus apa nggak.
Begitu juga hidup. Ketika lo terus-terusan ngasih tanpa milih siapa yang layak, lo kehabisan energi buat diri sendiri. Lo mikir lo orang baik, tapi kenyataannya… lo lagi ngebunuh potensi diri lo pelan-pelan.
2. Orang Baik Selalu Jadi Target Termudah
Fakta pahit: dunia gak adil. Dan seringkali, orang yang terlalu baik justru paling sering dimanfaatin. Kenapa? Karena mereka gak bisa bilang “nggak.” Karena mereka takut keliatan jahat, takut gak disukai, takut bikin orang kecewa.
Ada satu cerita nyata dari riset psikologi sosial. Dalam eksperimen, peserta yang selalu menuruti permintaan temannya bahkan yang merugikan justru dipandang sebagai “lemah” oleh kelompoknya. Sementara mereka yang berani bilang “tidak” dengan alasan jelas, dihargai dan dipercaya. Gila, ya?
Kebaikan tanpa batas malah bikin orang gak respek.
3. Jadi Baik Itu Gak Sama Dengan Jadi Bodoh
Kita semua diajarin buat jadi anak baik dari kecil. Tapi gak pernah diajarin kapan harus berhenti. Padahal, dunia nyata beda. Kalau lo terus jadi orang baik ke semua orang, hidup lo bakal jadi lapangan bebas buat siapa aja numpang lewat.
Lo bisa tetap jadi orang baik… tapi jangan ke semua orang. Pilih. Saring. Evaluasi. Kebaikan lo itu investasi, bukan sembako gratis.
4. Kebaikan Tanpa Batas = Hidup Tanpa Kendali
Ketika lo hidup buat nyenengin semua orang, lo gak hidup buat diri lo sendiri. Lo cuma jadi figuran di hidup orang lain. Bayangin, gimana lo bisa bangun mimpi kalau tiap hari lo sibuk bantu bangunin mimpi orang lain?
Pilih siapa yang layak dapet waktu lo, energi lo, support lo. Jangan takut dicap egois. Orang yang paling sukses di dunia ini justru sangat selektif dengan siapa mereka habiskan waktunya. Bukan karena sombong. Tapi karena mereka tahu hidup mereka berharga.
5. Langkah Nyata: Belajar Bilang “Tidak”
Kalau ada satu skill yang harus lo pelajari secepatnya, itu bukan public speaking, bukan digital marketing, tapi: bilang “nggak” dengan tenang dan percaya diri.
Lo gak harus jelasin semuanya. Lo gak harus minta maaf karena gak bisa bantu. Lo gak jahat karena bilang tidak.
Lo cuma lagi milih diri lo. Dan itu sah.
Coba latihan mulai hari ini. Saat lo ngerasa gak nyaman, gak mampu, atau sekadar gak pengen, bilang “maaf, gue gak bisa bantu.” Gak perlu drama. Simple aja.
Kesimpulan: Upgrade Hidup Lo Dimulai dari Sini
Jangan tunggu sampai lo burnout. Jangan tunggu sampai lo kehilangan jati diri lo sendiri karena terlalu sibuk jadi 'orang baik' versi semua orang.
Mulai sekarang, jadilah orang baik yang punya batas. Yang tau kapan bantu, kapan mundur. Yang ngerti kebaikan itu bukan tentang ngorbanin diri terus-terusan, tapi tentang menjaga agar lo tetap utuh dan berkembang.
Sekarang gue balik tanya: Siapa aja orang yang lo tahu udah terlalu banyak ngambil dari lo? Dan yang lebih penting… Apa lo siap stop jadi orang baik ke semua orang, demi upgrade hidup lo sendiri?
Kalau lo ngerasa blog ini ngebantu dan lo punya ide topik seru buat gue bahas selanjutnya, tinggal kasih dukungan kecil disini. 👈
Gua akan prioritaskan bahas ide dari orang-orang yang support, karena mereka bukan cuma baca, tapi juga bantu blog ini terus hidup 💡🙏
Komentar
Posting Komentar