“Ya gue emang orangnya gini.”
Kalimat ini kedengerannya powerful, kayak bentuk penerimaan diri. Tapi di sisi lain, itu juga bisa jadi tameng yang lo pake buat nghindar dari perubahan.
Banyak orang bangga bilang “jadi diri sendiri” seolah itu tiket buat bebas dari tekanan sosial. Tapi… apa iya lo bener-bener lagi jujur sama diri sendiri?
Atau sebenernya lo cuma lagi nyaman di zona nyaman dan “jadi diri sendiri” itu alasan halus buat gak berkembang?
"Jadi Diri Sendiri" vs. Jadi Versi Terbaik Diri Lo
Mari kita lurusin dulu arti dari “jadi diri sendiri”. Kalau lo artiin itu sebagai “gue emang males, gue emang insecure, gue emang gampang nyerah” itu bukan jati diri, bro. Itu kebiasaan, itu pola pikir yang bisa lo ubah.
Satu fakta penting: Otak lo itu adaptif.
Menurut studi dari Neuroplasticity Research, otak bisa membentuk ulang cara berpikir dan kebiasaan baru lewat repetisi dan lingkungan yang tepat.
Jadi kalau lo terus-terusan bilang “gue emang orangnya begini,” lo justru nge-kerasin pola otak lama yang bikin lo stuck.
Analogi Singkat:
Bayangin HP lo. Kalau sistemnya jadul, lambat, sering crash lo update, kan? Tapi kenapa giliran sistem lo sendiri (mindset, kebiasaan, skill), lo malah bilang, “biarin aja, udah dari sananya gitu”?
Alasan di Balik Alasan — Takut Dinilai, Takut Gagal
Sebenarnya banyak yang bilang "gue cuma jadi diri sendiri" bukan karena nyaman. Tapi karena takut.
Takut berubah dan gagal.
Takut dinilai "sok berubah".
Takut kehilangan validasi dari lingkungan lama.
Tapi kalo lo mau hidup lo berubah, lo harus siap berubah.
Dan itu artinya — lo harus siap ninggalin versi lama dari diri lo, meskipun udah lama tinggal di sana.
Studi Kasus Nyata:
Salah satu klien pelatihan gue dulu bilang:
"Gue emang gak bisa ngomong di depan umum. Gue introvert.”
Setelah dibimbing beberapa minggu, dia justru jadi pembicara di seminar lokal. Ternyata dia bukan gak bisa dia cuma belum pernah nyoba keluar dari skrip lamanya.
Ganti Narasi, Upgrade Diri
Lo bisa tetap jadi diri sendiri, tapi bukan berarti lo gak bisa upgrade.
Mulai dari sini:
1. Tanya ke diri sendiri:
“Apakah versi diri gue saat ini bener-bener ideal buat tujuan hidup gue?”
2. Tentukan hal kecil yang mau lo ubah:
Misal: cara lo respon kritik, cara lo atur waktu, atau cara lo ambil keputusan.
3. Ganti kalimat internal:
Dari “gue emang orangnya begini” jadi → “gue orangnya adaptif, dan gue bisa belajar.”
4. Bangun lingkungan baru yang gak nge-‘keep’ lo dalam versi lama.
Kadang bukan lo yang gak bisa berkembang, tapi circle lo yang bikin lo stuck.
Penutup: Jadi Diri Sendiri? Boleh. Tapi Jangan Jadi Versi Lama Terus.
Boleh jadi diri sendiri, tapi pastikan “diri sendiri” itu bukan versi yang lo bentuk karena trauma, kemalasan, atau takut berkembang.
Tantangan buat lo:
- Lihat satu aspek dari diri lo yang sering lo anggap “emang udah dari sananya”.
- Lalu coba refleksiin: itu beneran jati diri?
- Atau cuma pola lama yang lo belum ubah?
Kalau blog ini nyentil lo, tulis di catatan lo: “Versi terbaik diri gue belum keluar.”
Dan lo bisa mulai keluarkan itu — hari ini.
Kalau lo ngerasa blog ini ngebantu dan lo punya ide topik seru buat gue bahas selanjutnya, tinggal kasih dukungan kecil disini. 👈
Gua akan prioritaskan bahas ide dari orang-orang yang support, karena mereka bukan cuma baca, tapi juga bantu blog ini terus hidup 💡🙏
Komentar
Posting Komentar